Cari Blog Ini

Sabtu, 29 September 2012

UNTUK SANG PUTRI


Aji berjalan pelan menuju meja nomor 4 itu. Rasa gugup mulai menghantui dirinya. Terbersit untuk berbalik dan pergi dari sana. Tidak! Itu bukan dirinya, bukan Aji namanya bila ia harus mengalah pada rasa tidak percaya diri ini. Inilah moment yang ia tunggu selama 2 tahun. Walau diselimuti rasa bimbang dan ragu, perlahan-lahan Aji mendekati meja itu. Disana telah menunggu seorang gadis mungil berparas manis, berjilbab merah muda yang menutupi helai-helai rambutnya. Matanya membulat jenaka dengan senyum terlukis dari raut wajahnya ketika Aji tiba dimeja itu. Inilah gadis yang ia cintai selama 2 tahun terakhir. Sahabat dan satu-satunya cinta dihati Aji. Ini adalah kesempatannya, ini adalah waktunya dimana ia akan menyatakan perasaaan yang terpendam selama ini.
“Baru datang ji?” Putri menyambut kedatangan Aji sekaligus memecahkan rasa gugup dan kebimbangan yang menghantuinya.
“Iya, udah lama nunggu put? Maaf tadi jalannya agak macet” Jawab Aji dengan rasa gugup yang semakin membuncah di dada
“Gak kok, baru aja. Pesan dulu gih” Dengan segera Aji mengangkat tangannya dan memesan makanan. Saat sibuk bercanda dan tertawa bersama, seorang pelayan datang membawa makanan yang mereka pesan. Hal ini membuat dua sejoli itu tersentak kaget.
“Makasih mas” ucap mereka bersamaan
Mereka pun sibuk menyantap pesanan masing-masing. Tapi Aji yang sedang kalut dengan pikirannya memilih menundukan kepala dalam diam. Menyiapkan rangkaian kata-kata untuk menyatakan semua yang dia rasakan selama ini membuat keringat Aji mengucur deras. Pikirannya kembali pada masa dimana dia pertama kali menjalin pertemanan dengan seorang Putri didepannya ini.

***
      
Suasana kelas berwarna ungu dan hijau polos itu tengah ricuh karena guru yang seharusnya mengajar sedang berhalangan hadir. Murid-murid dikelas pun sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Disudut kelas terlilhat sekelompok murid laki-laki sedang bermain domino. Disudut lain duduk sekelompok murid perempuan yang sedang asik bertukar cerita satu sama lain. Aji yang sedang bermain domino sesekali mencuri pandang ke arah seorang gadis yang dengan mata jenakanya tengah bersemangat berbagi cerita pada teman-temannya. Ternyata perempuan bernama Putri itu juga menatap ke arah Aji, membuat pandangan mereka bertemu. Dengan manis Putri memberikan senyumannya pada Aji. Senyum itu untuknya! Seketika itu juga Aji membuang wajahnya untuk menghilangkan salah tingkah yang akan membuatnya terlihat konyol. Senyum mengembang dibibir tipisnya. Saat melihat Putri tersenyum membuat dadanya sesak diselimuti keteduhan. Itulah untuk pertama kalinya Aji merasakan getaran aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
 Hari-hari berlalu begitu saja, Aji tetap memendam getaran aneh dalam hatinya. Setiap hari alasannya bersemangat sekolah hanya untuk bertemu dan memandang wajah manis Putri. Melihatnya berbicara, menatap, berpikir dan tertawa membuat perasaan untuk memiliki Putri semakin menggebu-gebu. Hingga suatu sore, dirumah berukuran sedang yang terletak disudut kota itu, Aji duduk didepan laptop kesayangannya dan membuka akun  facebooknya . Tanpa diduga di saat bersamaan Putri juga tengah membuka akunnya. Aji mulai membuka percakapan dengan Putri melalui aplikasi chatting yang tersedia di jejaring sosial itu. Dengan perasaan cemas yang menyelimuti, Aji menunggu balasan. Ternyata Putri membalasnya dan kesan pertama Aji saat itu, Putri seorang perempuan yang supel, apa adanya dan sedikit cerewet terlebih bila sedang diajak bercengkrama. Aji merasa nyaman berbincang dengannya, membuat rasa penasaran Aji pada Putri semakin besar. Dan dengan malu-malu Aji meminta nomor handphone Putri.
Dewi malam pun datang menggantikan peran matahari. Dengan perasaan harap-harap cemas Aji mengirim pesan singkat yang ditujukan untuk Putri. Ia sebenarnya sedikit ragu karena disisi lain ia telah memiliki pasangan. Begitupun juga dengan Putri. Tapi rasa penasarannya tidak tertahankan lagi. Hanya dengan tatapan Putri, dia bisa melayang dan hatinya seakan berbunga-bunga. Perasaan inilah yang membuatnya berani menghadapi resiko apapun. Beberapa menit berselang, ternyata Putri membalas pesan singkat itu. Rasa penasaran dan keraguan yang sempat dirasakannya hilang begitu saja, digantikan dengan rasa senang dan senyum yang tidak lepas mengembang dari wajahnya. Setelah bertukar pesan singkat selama beberapa hari timbul perasaan itu, perasaan yang sebenarnya salah, perasaan yang membuat hatinya mengkhianati pasangannya. Perasaan itu adalah sayang. Sayang yang tumbuh begitu saja tanpa bisa ditahan atau dikendalikan olehnya.
Matahari sedang bersemangat merajai siang itu, membuat murid-murid ingin segera pulang setelah berkutat dengan kesibukan masing-masing. Tapi tidak dengan Aji, dia enggan langsung pulang karena saat itu ia berniat mendekati Putri dan menawarkan diri untuk pulang bersamanya. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat seorang temannya terlebih dahulu mendekati Putri. Melihat kedekatan keduanya membuat Aji diserang perasaan bingung dan gelisah, dia tidak tau harus berbuat apa. Kecewa? Tentu saja. Cemburu? Sangat. Marah? Tidak perlu ditanyakan lagi.  Ditengah tidak karuan rasa itu dia memilih untuk menjauh dan membatalkan niatnya semula.
Keesokan harinya, terdengar kabar temannya yang bernama Rahman itu sedang melakukan pendekatan dengan Putri. Dengan sangat berat hati, Aji memilih untuk mundur dan memberikan kesempatan pada Rahman. Karena baginya, melihat Putri bahagia walau tidak bersamanya sudah sangat cukup. Dia hanya perlu menjaga Putri dalam diam. Selang beberapa hari setelah ia memutuskan untuk mundur, berhembus kabar yang mengatakan bahwa murid kelas sebelah bernama Aldy sedang bersitegang dengan Rahman. Mereka bersaing memperebutkan Putri. Akhirnya, Aldylah yang berhasil mendapatkan hati Putri. Mendengar kabar itu Aji merasa semakin patah arang, ia mearasa sudah tidak lagi mempunyai kesempatan untuk memenangkan persaingan memperebutkan hati Putri. Perasaannya begitu kuat tetapi tidak diimbangi dengan mulutnya yang terkunci rapat. Bahkan hanya sekedar untuk mengatakan perasaannya saja dia takut. Dengan berat hati ia memilih untuk mundur dan melupakan cintanya pada gadis manis itu, dia juga memutuskan untuk menjadi sahabat Putri, ia akan berusaha menjadi sahabat terbaik yang pernah Putri miliki.
Beberapa bulan berlalu, ternyata hubungan Putri dengan Aldy hanya bertahan seumur jagung. Hubungan mereka merenggang dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Aji yang mengetahui kabar perpisahan itu seakan mendapatkan angin segar diteriknya siang. Merelakan Putri untuk pria lain adalah kenyataan terpahit baginya. Tetapi dengan kesempatan ini, rasa pahit itu seakan memudar begitu saja, tekadnya semakin bulat untuk mendekati Putri. Segala usaha dilancarkan untuk merebut hati gadis cerewet itu. Akan tetapi, ditengah gigihnya usaha rupanya terhambat oleh kedatangan lelaki lain. Lelaki yang sebenarnya sudah terkenal karena tabiat buruknya. Selain karena tidak bisa mendapatkan Putri, Aji juga kecewa karena lelaki itu bukanlah lelaki yang baik untuk mendampingi Putri. Sekali lagi, ia hanya bisa menjaga dan melindungi Putri dari jauh tanpa bisa merengkuhnya.
Kekecewaan yang begitu dalam membuat ia akhirnya berpikir untuk mendekati perempuan lain dan merelakan Putri bahagia bersama pilihannya. Ami adalah perempuan yang dipilihnya untuk menggantikan posisi Putri. Beberapa lama ia menjalin hubungan dengan Ami perasaan itu masih ada, diam disudut hatinya. Nama Putri seakan telah tertancap kuat dihati dan pikirannya tanpa ada yang bisa mencabutnya begitu saja. Raganya mungkin ada untuk Ami tapi tidak dengan hatinya. Hati itu hanya bisa menerima Putri sebagai penghuninya apapun yang terjadi. Merasa tidak bisa bertahan lama dengan membohongi perasaannya pada Ami, Aji memutuskan untuk mengakhiri kisahnya dan memilih menemani Putri disaat dia dibutuhkan.
Menyediakan bahu untuk tangisan Putri adalah satu-satunya cara untuk menunjukkan rasa cintanya. Bahkan ia rela menjadi pelarian Putri saat Putri sedang mempunyai masalah dengan lelaki pilihannya itu. Dia yang akan menjadi orang pertama bagi Putri untuk menghapuskan kegelisahan yang dirasakannya. Dia orang yang akan selalu membantu Putri apapun keadaannya. Dia juga orang yang akan memberikan segalanya hanya untuk Putri, orang yang sangat ia cintai. Aji melakukan semua ini tanpa mengharapkan balasan apapun dari Putri. Ini semua ia lakukan hanya untuk melihat Putri tersenyum, walaupun seyuman itu bukan untuknya.
Sikapnya ini didukung dengan kabar bahwa hubungan Putri dengan lelaki pilihannya akhirnya kandas akibat perselingkuhan lelaki itu. Melihat tangisan Putri untuk lelaki lain  membuat Aji merasakan gemuruh yang berkecamuk didadanya. Aji larut merasakan sakit yang dialami Putri. Tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan hanya untuk merengkuhnya pun dia tidak sanggup. Dia hanya bisa melihat Putri begitu saja. Ingin sekali saat itu dia memendamkan kepala Putri di dadanya hanya untuk membagi ketenangan, tetapi ia tau itu semua tidak mungkin. Melihat luka yang dialami Putri begitu dalam, membuat Aji berjanji pada dirinya sendiri akan selalu menjaga dan tidak akan pernah menggores hati yang telah rapuh itu. Dia tidak sanggup melihat Putri terpuruk seperti itu, dengan niat yang tulus, ia mulai mengirimi pesan singkat hanya untuk memberikan perhatian kecil, menjadi tempat curahan hati Putri, menghibur dan menyanjungnya agar dia bisa mengobati hati Putri yang luka. Namun sayangnya, langkahnya lagi-lagi terpotong oleh datangnya seorang laki-laki lain. Kekecewaan tentu saja menyelimuti Aji, pengorbanannya selama ini terasa sia-sia. Gadis mungil itu lebih memilih lelaki lain sebagai tambatan hatinya. Dan untuk kesekian kalinya dia memutuskan untuk mengalah dan memilih mencintai Putri dari kejauhan karena cinta memang tidak harus memiliki.
Melindungi, menjaga, menunggu dan menjadi tempatnya mengadu, itulah yang selalu Aji lakukan untuk memperjuangkan cintanya. Hingga suatu saat datang seorang perempuan dari masa lalunya. Perempuan yang dulu pernah menjadi pasangannya. Seakan membuka kembali memori dulu Aji mencoba menumbuhkan perasaan cintanya untuk perempuan itu. Akan tetapi seperti yang terjadi sebelumnya pada Ami, dia gagal. Perempuan itu memang  baik, tapi cintanya tidak bisa tumbuh begitu saja. Entah bagaimana Putri benar-benar berhasil mengikat hatinya. Membuatnya tidak bisa merasakan cinta yang lain lagi. Bahkan, entah kenapa cintanya pada Putri semakin kuat dan perasannya bertambah yakin.
Hubungannya dengan Putri menjauh, tidak seekat dulu. Bahkan mereka tidak lagi berhubungan, hanya sebatas berbalas senyum bila berselisih di koridor sekolah. Jujur saja, ini membuat Aji merasa sangat tertekan. Orang yang dicintainya pergi dan seakan mustahil dimiliki olehnya. Merasa gagal dengan perempuan dari masa lalunya ditambah dengan hubungannya dengan Putri yang belum juga membaik, akhirnya Aji memilih dekat dengan perempuan lain yang tidak lain sahabatnya sendiri, Ega. Berbagi pengalaman dan bercanda tawa membuat hubungan Aji dengan Ega semakin dekat. Akan tetapi kedekatan ini tidak didasari perasaan apapun, tidak ada rasa sayang atau cinta sedikitpun. Ega telah memiliki cinta didalam hatinya begitupun juga dengan Aji yang masih menyimpan Putri sebagai cintanya.
Hingga suatu saat Aji mendengar langsung dari mulut Putri kalau hubungan dengan kekasihnya berakhir. Perasaan memiliki itu kembali meluap-luap. Tanpa ragu ia kembali mendekati Putri dengan cara menjadi sahabat yang selalu menemaninnya setiap hari. Mendengarkan semua keluh kesah Putri dan menemani Putri kemanapun. Usahanya ini dibantu dengan seorang teman dekatnya yang juga merupakan sahabat Putri. Dia membantu dengan memberikan jalan agar Aji dan Putri lebih sering bertemu. Hingga sampailah pada hari ini, disebuah tempat makan pinggir jalan. Tempat yang selalu menjadi persinggahan  Aji dan Putri setelah pulang sekolah. Kini dihadapannya telah ada sebuah cinta yang tidak dapat digantikan oleh siapapun.

***

“Aji! Kok melamun sih? Mikirin aku ya? Hahaha” Suara dan tawa khas Putri membuyarkan lamunan Aji, mengembalikan Aji pada kenyataan bahwa dia akan menyatakan semuanya
“Eh, katanya mau ada yang diomongin? Apaan?” Tanya Putri lagi. Inilah saatnya, saat yang mendebarkan bagi Aji. Keringatnya terus mengucur deras, dadanya sesak oleh rasa gugup dan cemas. Tidak pernah Aji merasakan hal ini sebelumnya. Mulutnya bahkan tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun.
“Kenapa malah diam ji? Ngomong apaan sih? Penasaran nih” desak Putri dengan wajah imutnya yang memelas.
“Put, kita kan sudah lama kenal. Kamu juga tau aku suka sama kamu..” ucapan Aji terhenti. Kata-katanya menggantung penuh keraguan. Tangan dan baju Aji telah basah kuyup oleh keringatnya sendiri
“Iya, terus kenapa?” jawab Putri polos membuat Aji semakin diselimuti rasa cemas. Dengan sedikit tersipu malu Aji mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya. Benda itu terlihat sangat segar dengan warna putih yang bersih. Dibalut dengan bungkus transparan berhiaskan ornament merah dan pita putih yan bertengger manis ditangkainya. Benda itu memiliki arti cinta yang tulus dan suci karena itulah Aji memilih benda itu sebagai simbol perasaannya.
Didepannya Putri membulatkan mata terkejut. Melihat itu membuat Aji semakin tidak karuan rasa, antara gemas, cemas dan gugup. Kata-kata yang telah dipersiapkannnya sejak dirumah tadi hilang entah kemana. Yang tersisa disana hanya keheningan. Putri masih Nampak terkejut dengan benda didepannya.
“Waw, mawar putih! Bagus banget! Buat aku ya ji? Buat apaan, tumben ngasih?” Putri terlihat sangat menyukai mawar itu. Rasa penasaran dan gembira tergambar jelas diwajah manisnya
“Put, 2 tahun aku nunggu kamu. Sudah banyak aku mencoba kelain hati tapi jatuhnya pasti ke kamu lagi..” Aji terdiam sejenak menghela nafas
“Aku juga gak mau keduluan orang lagi. Sekarang, disini, aku mau kamu tau perasaan aku ke kamu.”
“Eh ji, aku kok gugup ya. Kamu mau nembak aku kan? ih kok aku yang gugup ya?” Putri menyela Aji mencairkan kegugupannya
“Putri, aku juga gugup tau! Udah ah diem dulu, dengerin aku ngomong” Aji gemas juga akhirnya melihat kelakuan Putri yang suka bercanda
“Langsung aja ya, Will…You…Be…Mine?” Tanya Aji dengan terbata-bata. Ditangannya telah siap mawar untuk diterima oleh Putri. Jantungnya semakin berdebar kencang. Putri hanya diam, tidak menjawab atau pun menerima mawar itu. Membuat Aji semakin takut
“Kok diam sih Put? Kamu gak bisa nerima aku?” Tanya Aji cemas
“Loh, kata kamu tadi aku disuruh diam. Ini aku sudah diam loh ji” dengan polosnya Putri menjawab
“Putri! Gak gitu juga sih maksud aku. Ya dijawab dong kalo aku udah nanya gitu” dengan gemas Aji menjawab
“Emm” Putri terlihat sedang berpikir keras
“Kamu mau tau jawabannya ji? Mau tau aja atau mau tau banget? Hahaha” jawab Putri masih dengan bercanda.
Aji yang diselimuti rasa gemaspun akhirnya menjawab “Terserah deh” sedikit merajuk
“Hahaha, bercanda ji. Oke sekarang aku jawab. I do” Putri membalas dengan senyum yang terlukis manis diwajahnya. Tangannya terangat perlahan menerima mawar putih dari Aji.
Aji tidak tau lagi harus berkata apa, hatinya benar-benar sangat senang. Penantiannya selama 2 tahun ini akhirnya terbayarkan sudah. Semua usaha dan pengorbanan yang dia lakukan akhirnya indah pada waktunya. Aji berjanji dalam hatinya akan selalu menjaga dan tidak akan membiarkan sang Putri lepas begitu saja.

Banjarmasin, 28 September 2012