Wajah Putra pucat pasi. Keringat dingin mengucur membasahi wajahnya. Tangannya dingin. Dia tengah menunggu adiknya yang berada di ruang operasi, berjuang melawan penyakit yang dideritanya selama ini, Pilihannya hanya dua, hidup dan mati. Dia sangat menyesal karena selama ini dia jarang memperhatikan adiknya, bahkan dia baru tau kalau adiknya mengidap penyakit yang sangat parah dan sudah lama penyakit itu berada di tubuh adiknya. Karena selama ini Melysa, sang adik, selalu terlihat ceria tanpa beban sedikitpun. Dan yang sangat membuat Putra menyesal adalah dia selalu memperlakukan Melysa dengan kasar. Tidak pernah terbayangkan dalma benaknya, adik satu-satunya itu harus mengalami penderitaan berat ini. Pikiran Putra terbawa pada perlakuannya pada Melysa selama ini.
***
Pagi minggu, saat matahari masih malu-malu untuk memancarkan sinarnya, Putra membangunkan Melysa dengan cara memukuli Melysa dengan buku yang sangat tebal. Melysa langsung bangun karena buku itu tepat mengenai tubuhnya. “Woi!! Bangun! Molor mulu kerjaannya, bikinkan gue makanan!” perintah Putra pada Melysa. “Tapi kak aku bener-bener pusing! Masa’ aku disuruh bikin makanan!” jawab Melysa dengan lemah, yang dibalas dengan pelintiran di tangannya, dia mengaduh tapi Putra tak menghiraukannya dia tetap memelintir tangan Melysa dengan keras sambil berkata “bikinin nggak? Kalau nggak loe terus gue sakitin!”. “kenapa nggak bibi aja?” jawab Melysa. “Bibi lagi nggak ada! Pulang kampung! Udah cepetan!!”ujar Putra dengan tetap memelintir tangan Melysa, akhirnya Melysa mengalah “ya udah! Tapi lepasin tanganku dong kak!” setelah tangannya terlepas Melysa langsung pergi ke dapur.
Di dapur Melysa hampir pingsan tapi demi sang kakak dia berusaha untuk kuat, karena sebenarnya Melysa sangat sayang dengan Putra. Setelah selesai membuat makanan, Melysa memberikannya pada Putra dikamarnya, tapi yang dia dapat bukan ucapan terima kasih melainkan usiran yang sangat pedas “Udah sana Loe pergi! Ganggu aja!!”teriak Putra tepat di telinga Melysa. Karena Melysa takut dimarahin sama kakaknya diapun pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
Keesokan harinya Melysa membangunkan kakaknya untuk mengantarnya ke sekolah, karena ayah dan ibunya pergi keluar kota, “kak, bangun kak, anterin aku kesekolah dong! Mama kan lagi pergi”ujar Melysa. Tapi karena Putra merasa terganggu, Putra bangun dan memukul Melysa di kepalanya, sangat keras! Sampai-sampai Melysa terhuyung ke belakang. Sebenarnya ada sedikit rasa kasihan pada diri Putra, tapi karena Putra gengsi dia tak menghiraukan Melysa yang sudah keluar dari kamarnya sambil terus memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. Diluar Melysa mencari obat pusing di kotak P3K. Karena dia merasa telat untuk pergi ke sekolah ditambah lagi dia pusing, Melysapun memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah.
Siang hari, Melysa benar-benar tidak kuat lagi menahan rasa sakit di keplanya, Tiba-tiba semuanya menjadi melayang, terbang, yang terakhir Melysa lihat adalah wajah kakaknya yang tampak khawatir, setelah itu semuanya menjadi sangat gelap. Putra panik, melihat adik semata wayangnya, adik yang sebenarnya sangat ia sayangi. jatuh pingsan tepat di hadapannya karena ia bingung dia memutuskan membawa Melysa ke rumah sakit.
***
Sekarang disinilah Putra berada menunggu Melysa di ruang operasi, dia duduk sambil terus berdoa agar adiknya selamat dari operasi. Tiba-tiba mama dan papa nya datang dari luar kota dan bertanya pada Putra “Kenapa Melysa nak?”Tanya mamanya. “kata dokter Melysa mengidap penyakit kanker otak, dan harus segera di operasi, jadi tanpa menunggu persetujuan dari mama dan papa, Putra langsung membolehkan dokter mengoperasi Melysa.” Jawab Putra berusaha tegar di hadapan papa dan mamanya. Mamanya shok mendengar itu, mama pingsan mendengar itu! “tolong bantu papa nak!”ujar papa pada Putra, lalu mama di gendong dan disandarkan di kursi tunggu. Tak berapa lama salah satu dokter dari ruang operasi keluar, melihat itu Putra dan papa langsung menyerbu sang dokter dan bertanya “bagaimana keadaan Melysa dok?” Tanya papa. “Maaf kami telah berusaha tapi kami gagal! Penyakitnya telah saapi stadium akhir.” Jawab dokter itu. Mendengar apa yang dikatakan dokter itu Putra tak lagi bisa menahan air mata yang dari tadi di tahannya. Dia terduduk lemas disamping sang mama yang sudah sadar dan menangis karena mendengar apa kata dokter.
***
Di pemakaman itu Putra melihat batu nisan yang bertuliskan nama seseorang yang begitu berarti di hidupnya yaitu Putri Melysa. hari ini adalah hari yang sangat menyakitkan bagi Putra karena dia harus kehilangan orang yang sebenarnya sangat ia sayangi dan cintai. Setelah orang-orang pergi, Putra terduduk di samping makam Melysa dan menangis, sambil berkata “maafkan kakak Melysa, kakak selama ini sudah jahat sama kamu sayang, padahal kau begitu baik pada kakak! Kenapa kamu ninggalin kakak! Kenapa harus kamu! Kenapa nggak kakak yang mati!!! Maafkan kakak Melysa, kakak tidak bisa membahagikanmu, bahkan disaat-saat terakhir itu! Kakak benar-benar begi!tolol! karena kakak menyia-nyiakan seorang adik yang sangat baik! Sekali lagi kakak minta maaf sayang! Kamu begitu berharga bagiku! Semoga kamu bahagia disana wahai adikku tersayang Putri Melysa…!” setelah melpas kepergian sang adik, Putra pulang kerumah dengan hati yang sedih. Sesampainya dirumah dia langsung menuju kamar Melysa, disana dia menemukan sebuah buku diary berwarna hijau muda. Dengan perlahan dia membuka dan membaca isi diary itu, dan sangat sedih dan terpukul karena dia menemukan sebuah tulisan dari tangan Melysa tentang dirinya “aku sangat sayang dengan kak Putra dia kakak yang terbaik bagiku! Walaupun dia sudah jahat dengan ku!.”. “apa aku benar-benar jahat pada Melysa?” Tanya Putra pada dirinya sendiri