Cari Blog Ini

Kamis, 04 Oktober 2012

15 SERDADU PEMBERANI

Aku adalah murid kelas 3 di SMAN 1 Banjarmasin, salah satu sekolah terfavorit dikota Banjarmasin.
Aku adalah murid IPS. Banyak orang beranggapan anak sosial itu tidak sepintar anak ilmu alam. Tapi bagiku kepintaran seseorang tidak ditentukan jurusan yang dia pilih. Jurusan adalah minat, bukan kadar kepintaran. Malah, banyak anak sosial yang memiliki keterampilan lebih dibanding anak ilmu alam.

Saat pembagian jurusan, ternyata peminat sosial sedikit sekali menyebabkan murid dalam satu kelas hanya berjumlah 15 sampai 19 siswa. Aku berada di IPS 1 yang jumlah muridnya hanya 15 orang dengan jumlah perempuan sebanyak 9 dan laki-laki hanya 6 orang. Kelasku ini beirisi murid-murid yang tidak terlalu nakal alias pendiam. Bisa dibayangkan bagaimana sepinya kelas dengan murid 15 orang yang pendiam. Benar saja, setiap pelajaran apapun itu suasana kelas selalu saja sepi. Terlebih bila guru bertanya "Ada yang belum paham? ada yang ingin ditanyakan?" kelas seketika itu jadi hening melebihi heningnya kuburan. Salah seorang guru bahkan pernah berkata "Ibu bingung mau ngajar dikelas kalian ini, sepi dan pasif sekali". Yah, beginilah adanya kelas kami.

Dengan murid yang sedikit ini kami selalu berusaha menciptakan suasana kekeluargaan. Kami kira mudah, tapi ternyata tidak. Kesulitan ini disebabkan sifat dan kelakuan kami yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Sehingga, dikelas terbagi menjadi beberapa kelompok pertemanan. Kelompok pertama berisi para lelaki terdiri dari Ari, Azmi, Cahyo, Yuqa dan Rey. Mereka memang berkelompok tetapi mereka masih sering berbaur dengan teman-teman yang lain membuat interaksi dengan kami masih baik-baik saja. Kelompok kedua beranggotakan trio Laili, Ida dan Winnie. Trio ini yang sulit untuk berbaur, entah kenapa seperti ada jurang pemisah yang dalam diantar kami. Selanjutnya ada Mima, Hichi, Marta, Memei, Guruh, Maya dan aku sendiri. Nah, yang terakhir ini adalah kelompok yang membuat kelas menjadi sedikit lebih ramai. Karena kami bertujuh memiliki tawa dan suara yang keras.

Mima, si bungsu yang memiliki sifat sering ngambek dan polos kadang juga sedikit lola. Kepolosannya terlihat saat dia berbicara tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Asal cablak begitu saja, membuat kami kadang tertawa sendiri mendengarnya.
Hichi, si besar yang selalu asik dengan laptop kesayangannya. Saat orang pertama kali melihatnya pasti yang terpikir adalah rasa takut untuk mendekatinya. Wajahnya yang tanpa ekspresi semakin memperkuat kesan menakutkan itu. Tapi sebenarnya dia orang baik dan sangat nyaman diajak bercanda tawa, sangat berlawanan dengan postur tubuh dan wajahnya. Kadang juga, Hichi bisa menjadi orang yang sangat pelit terlebih soal makanan.
Marta, teman sebangkuku yang cerewet. Dia teman yang paling klop bagiku, karena dia selalu berusaha mengerti teman-temannya. Dibalik pengertian itu, Marta memiliki sifat egois yang berhasil aku imbangi dengan sifatku yang slelau mengalah membuat kami semakin cocok berteman. Dia anak yang labil bila menyangkut masalah perasaan yang namanya cinta. Entah sudah berapa kali dia berganti-ganti pacar.
Memei, si gendut dengan pipi yang menggemaskan. Anak ini sedikit lebih dewasa dibandingkan yang lain. Suka berubah-rubah mood tetapi mudah diajak bercanda bersama. Dia penyuka lagu-lagu lama. Dibalik kedewasaannya itu dia juga kadang bisa terlihat sangat lola dan polos. Kalau Memei sedang emosi dengan pacarnya atau sedang badmood, mukanya benar-benar menunjukkan itu.
Guruh, teman sebangku sekaligus pacar Memei. Orangnya sangat pintar dan unggul diberbagai bidang pelajaran. Tapi, dibalik kepintarannya itu ternyata dia memiliki sifat yang aneh. Terkadang dia bisa melakukan hal yang mengejutkan dan membuat kami tertawa, contohnya saja saat dia menirukan gaya tertawa seseorang atau saat dia tiba-tiba berguling-guling seperti power rangers di atas karpet.
Maya, dialah teman sekaligus sepupuku. Sifatnya dewasa dan selalu memperhatikanku terlebih bila masalah makan, dia selalu mengingatkanku dan memaksaku. Dia juga orang yang baik dan bisa diandalkan saat aku ingin pergi atau beli sesuatu, dia siap menjadi pendampingku. Maya selalu membawa bekal makanan membuat aku selalu hemat uang jajan.

Tidak jarang konflik dan emosi mewarnai pertemanan kami. Tapi disinilah letak keasikan dari sebuah pertemanan, dengan adanya konflik kita jadi lebih tau sifat asli dari masing-masing teman. Semua temanku memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan aku tidak keberatan dengan kekurangan yang mereka miliki. Aku bisa menjadi apa adanya saat bersama mereka. Semua yang aku alami, semua keburukan yang aku miliki tidak luput aku ceritakan pada mereka.
Kebersamaan kami memang hanya 2 tahun, tapi ini akan menjadi kenangan yang manis.

Tidak ada komentar: